sepasang angsa
yang tak berkata-kata
berabad lamanya
terpilih menjadi arca
bagi musium pendidikan anak-anak
di kota kita tercinta
kepak sayap sepasang angsa itu
seperti tak berkisah apa-apa
meski semua tahu
bersejarah-sejarah terendam
perih dalam setiap helainya
“karena diam adalah
pernyataan perih
yang paling mengharubiru”
tutur sebuah hikayat
sepasang kita
yang tak lagi belia
memandang berkaca-kaca
lalu kudengar suaramu luka
“abang, bukankah angsa-angsa itu
adalah kita
bertahun-tahun membatu di beranda
sementara anak-anak tumbuh dewasa
melesat dari pintu pagar yang entah
sejak kapan terbuka
ketika sekali waktu mereka kembali
alangkah terpana kita
mendengar celoteh mereka:
- ayah, ibu
banyak keramaian
di jalan sana…:
Senin, 05 Mei 2008
Syair Teka-Teki
Khidir pernah berteka-teki kepada Musa
dan Musa tak sabar menunggu jawabnya
sejarah mencatat : berpisahlah mereka
kepada kita Tuhan sering berteka-teki pula
dan kita tak sabar menunggu jawabnya :
mengerang perih kita atas bencana
bersorak gembira kita atas karunia
akankah karenanya
terpisahkanlah kita dari Tuhan kita?
dan Musa tak sabar menunggu jawabnya
sejarah mencatat : berpisahlah mereka
kepada kita Tuhan sering berteka-teki pula
dan kita tak sabar menunggu jawabnya :
mengerang perih kita atas bencana
bersorak gembira kita atas karunia
akankah karenanya
terpisahkanlah kita dari Tuhan kita?
Sebuah Cerita Dari Suatu Sore
bola plastik dari sebuah masa kecil
di tendang ke hari ini
dimainkan beberapa anak di pekarangan
tetapi kita di beranda
bicara tentang sepasang angsa
pada suatu musim penghujan,
berdekapan
satu gol disarangkan
beberapa anak kegirangan
berlari ke suatu musim penghujan
berpapasan dengan sepasang angsa, berdekapan
tetapi kita di beranda
malah bicara muram :
"rasaku sesore ini ada yang belum pulang," ujarmu
"kau terlalu berat memikirkan," hiburku
bola plastik dari masa kecil itu
sekarang sendirian di pekarangan
tak ada lagi gol, anak-anak dan sepasang angsa
yang tertinggal cuma
patung batu di beranda
yang satu bilang, "dekaplah aku."
yang satunya menjawab ngilu, "aku ingin mendekapmu."
di tendang ke hari ini
dimainkan beberapa anak di pekarangan
tetapi kita di beranda
bicara tentang sepasang angsa
pada suatu musim penghujan,
berdekapan
satu gol disarangkan
beberapa anak kegirangan
berlari ke suatu musim penghujan
berpapasan dengan sepasang angsa, berdekapan
tetapi kita di beranda
malah bicara muram :
"rasaku sesore ini ada yang belum pulang," ujarmu
"kau terlalu berat memikirkan," hiburku
bola plastik dari masa kecil itu
sekarang sendirian di pekarangan
tak ada lagi gol, anak-anak dan sepasang angsa
yang tertinggal cuma
patung batu di beranda
yang satu bilang, "dekaplah aku."
yang satunya menjawab ngilu, "aku ingin mendekapmu."
Tak Siap Aku
tak siap aku
memasang bata baru
bangunan lama
tua dalam jiwa
retak di mana-mana
jadi, maafkan aku
tak datang ke istanamu
sungguh tak siap aku
memulai sebuah dansa baru
memasang bata baru
bangunan lama
tua dalam jiwa
retak di mana-mana
jadi, maafkan aku
tak datang ke istanamu
sungguh tak siap aku
memulai sebuah dansa baru
Cuma Kita
tak ada tabuh tak ada gendang
ini pernikahan yang lengang
tak ada tanggal pasti
tak ada undangan tak ada resepsi
cuma ijab qabul tanpa saksi
cuma kita
wahai maut, mautku
ini pernikahan yang lengang
tak ada tanggal pasti
tak ada undangan tak ada resepsi
cuma ijab qabul tanpa saksi
cuma kita
wahai maut, mautku
Kenanga, Anakku
- anak-anak irak
kenanga, anak imajinerku
kususun detailmu dengan sempurna
gadis 10 tahun berparas malaya
mata lebar bercahaya
tutur kata santun mengusap jiwa
kusiapkan untukmu riangnya dunia
lalu usai sekolah sore itu kautiba
tangan di lambung bersimbah luka
suaramu sakit menikam beranda
“ayah, aku pulang
terjadi pertempuran di jalan
seorang serdadu menembak perutku
ia bilang, tak sengaja
kubaca nama pada seragamnya : amerika”
kami kubur engkau, gadis kecilku
dalam upacara kelabu berbau mesiu
kuhidupkan dikau kembali, kenangaku
samar terdengar kau mengaji di kamar
merdu, melambungkan asaku ke angkasa
semoga untukmu masa depan bahagia
semoga untukmu kebaikan semata
duhai perempuan bagi negeri
istri bagi suamimu, bunda bagi anak-anakmu
dapat jelas kutangkap bayangmu
bersujud lewat tengah malam
memanggil lembut Allah Maha Penyayang
tapi lalu kulihat kau di pintu kamar
dalam telekung putih berwarna darah
tersungkur meregang nyawa :
“tak bisa kutemani ayah makan kali ini
baru saja terjadi penyerbuan
seorang serdadu menembak dadaku
ia bilang, tak sengaja
kubaca nama pada seragamnya : amerika”
kumakamkan engkau, kupu-kupu kecilku
tangan tuaku menumpuk tanah
sebongkah-sebongkah
kuhidupkan engkau berkali-kali, permataku
tapi amerika selalu tak sengaja menembakmu.
kenanga, anak imajinerku
kususun detailmu dengan sempurna
gadis 10 tahun berparas malaya
mata lebar bercahaya
tutur kata santun mengusap jiwa
kusiapkan untukmu riangnya dunia
lalu usai sekolah sore itu kautiba
tangan di lambung bersimbah luka
suaramu sakit menikam beranda
“ayah, aku pulang
terjadi pertempuran di jalan
seorang serdadu menembak perutku
ia bilang, tak sengaja
kubaca nama pada seragamnya : amerika”
kami kubur engkau, gadis kecilku
dalam upacara kelabu berbau mesiu
kuhidupkan dikau kembali, kenangaku
samar terdengar kau mengaji di kamar
merdu, melambungkan asaku ke angkasa
semoga untukmu masa depan bahagia
semoga untukmu kebaikan semata
duhai perempuan bagi negeri
istri bagi suamimu, bunda bagi anak-anakmu
dapat jelas kutangkap bayangmu
bersujud lewat tengah malam
memanggil lembut Allah Maha Penyayang
tapi lalu kulihat kau di pintu kamar
dalam telekung putih berwarna darah
tersungkur meregang nyawa :
“tak bisa kutemani ayah makan kali ini
baru saja terjadi penyerbuan
seorang serdadu menembak dadaku
ia bilang, tak sengaja
kubaca nama pada seragamnya : amerika”
kumakamkan engkau, kupu-kupu kecilku
tangan tuaku menumpuk tanah
sebongkah-sebongkah
kuhidupkan engkau berkali-kali, permataku
tapi amerika selalu tak sengaja menembakmu.
Lagu Pekerja
seekor elang pekerja
terluka pada sayapnya,
pada paruhnya
seharian sudah ia lintasi dunia
selebar meja kerja
angin mengusap-usap lehernya
sepanjang jalan pulang
gemintang di kejauhan
kecil dan lengang
di beranda rumah, hampir subuh
dijumpainya sang istri
menyambut dengan sebuah
masa silam bernama
"makan malam"
terluka pada sayapnya,
pada paruhnya
seharian sudah ia lintasi dunia
selebar meja kerja
angin mengusap-usap lehernya
sepanjang jalan pulang
gemintang di kejauhan
kecil dan lengang
di beranda rumah, hampir subuh
dijumpainya sang istri
menyambut dengan sebuah
masa silam bernama
"makan malam"
Sebuah Versi Tentang Lagu Selamat Tinggal
akupun mulai menghancurkan catatan-catatan,
surat-surat lama kita
karena aku bermaksud undur diri
dan tak ingin memberatkan jiwa
dengan kenangan-kenangan
kusyukuri, setidaknya kita pernah ketemu
terlibat dalam percakapan-percakapan melankolis
diskusi-diskusi yang sembilu atau mendebatkan
perbedaan-perbedaan yang mendewasakan
kusyukuri, setidaknya sanggup kausampaikan kepadaku,
"kita memang beda" dalam kelegaan jiwa
tak aku ingin salah satu kita remuk redam
sebab ini cuma soal ending
cuma soal bagaimana sebuah kalimat dititikkan
dan sejak awal dulu
kita memang sudah berspekulasi dengan
nasib yang hitam pekat
dan salah satu bayarannya
bisa berupa kepedihan hati.
surat-surat lama kita
karena aku bermaksud undur diri
dan tak ingin memberatkan jiwa
dengan kenangan-kenangan
kusyukuri, setidaknya kita pernah ketemu
terlibat dalam percakapan-percakapan melankolis
diskusi-diskusi yang sembilu atau mendebatkan
perbedaan-perbedaan yang mendewasakan
kusyukuri, setidaknya sanggup kausampaikan kepadaku,
"kita memang beda" dalam kelegaan jiwa
tak aku ingin salah satu kita remuk redam
sebab ini cuma soal ending
cuma soal bagaimana sebuah kalimat dititikkan
dan sejak awal dulu
kita memang sudah berspekulasi dengan
nasib yang hitam pekat
dan salah satu bayarannya
bisa berupa kepedihan hati.
Catatan Dari Jalan
Catatan 1 :
pada peta yang hilang itu
sebuah catatan kutujukan padamu :
"aku rindu"
aku tak lalu berilusi
tentang sebuah komposisi pada seksofon
"forever in love"
atau tentang sepasang cemara
pada sebuah pergantian cuaca
sebab kita cuma jendela
yang satunya angin kembara
dan kita kenal betul
yang bermukim di keduanya :
sebuah peta,
yang tak lagi kita tahu
berada di mana.
Catatan 2 :
kupergoki sepi itu bermukim
pada cuaca yang berobah
bercampur gerimis atau kelindapan daun
atau murni sebagai bait musik
yang berasal dari sebuah pagi
lalu apa bedanya
aku toh pengembara
pergi jauh ke sebuah magrib
berharap sampai ke jamuan makan malammu
rinduku tetap saja rumah
kupergoki sepi itu, sahabatku
tetapi seperti telah kucatat pada angin yang basah :
"lalu apakah ada bedanya?"
pada peta yang hilang itu
sebuah catatan kutujukan padamu :
"aku rindu"
aku tak lalu berilusi
tentang sebuah komposisi pada seksofon
"forever in love"
atau tentang sepasang cemara
pada sebuah pergantian cuaca
sebab kita cuma jendela
yang satunya angin kembara
dan kita kenal betul
yang bermukim di keduanya :
sebuah peta,
yang tak lagi kita tahu
berada di mana.
Catatan 2 :
kupergoki sepi itu bermukim
pada cuaca yang berobah
bercampur gerimis atau kelindapan daun
atau murni sebagai bait musik
yang berasal dari sebuah pagi
lalu apa bedanya
aku toh pengembara
pergi jauh ke sebuah magrib
berharap sampai ke jamuan makan malammu
rinduku tetap saja rumah
kupergoki sepi itu, sahabatku
tetapi seperti telah kucatat pada angin yang basah :
"lalu apakah ada bedanya?"
Lagu Mikrolet
Lagu 1
pedagang pasar palmerah terkantuk
adakah bakal sampai dilelapkan
perhitungan laba rugi di bakul dagangan ?
gadis di pojokan memandang saja keluar
apa sempat wangi parfumnya jadi udara
bagi rasa capek sepulang kerja?
abang sopir m-09 bersiul lagu kenangan
apa sebanding dengan deru mobilnya?
pada dimensi lain, nyaris tak ada apa-apa
sampai ketika seseorang mendadak bertanya :
"ini mikrolet sampai kebayoran lama
ataukah ujung malam?"
Lagu 2
aku akan sampai di terminal
dengan atau tanpa mikrolet ini
seperti alifbata sampai pada khatam
dengan atau tanpa pengertian-pengertian
karenanya perbolehkanlah aku
menihilkan macet di luar itu
sebab jarak tak berkorelasi dengan jam
akhir tak diputuskan
atas nama keikhlasan
akan sampai ke terminal aku
pada titik yang barangkali tak terbaca
pada jam tanganmu, sahabatku
Lagu 3
naiklah, tak ada lagi angkutan
sehabis ini
aku memang disabdakan menjadi yang terakhir
mengantarkan dirimu
nglangut malam warna abu-abu
diam-diam menghabiskan
batang rokokmu
naiklah,
karena memang aku mikroletmu
pedagang pasar palmerah terkantuk
adakah bakal sampai dilelapkan
perhitungan laba rugi di bakul dagangan ?
gadis di pojokan memandang saja keluar
apa sempat wangi parfumnya jadi udara
bagi rasa capek sepulang kerja?
abang sopir m-09 bersiul lagu kenangan
apa sebanding dengan deru mobilnya?
pada dimensi lain, nyaris tak ada apa-apa
sampai ketika seseorang mendadak bertanya :
"ini mikrolet sampai kebayoran lama
ataukah ujung malam?"
Lagu 2
aku akan sampai di terminal
dengan atau tanpa mikrolet ini
seperti alifbata sampai pada khatam
dengan atau tanpa pengertian-pengertian
karenanya perbolehkanlah aku
menihilkan macet di luar itu
sebab jarak tak berkorelasi dengan jam
akhir tak diputuskan
atas nama keikhlasan
akan sampai ke terminal aku
pada titik yang barangkali tak terbaca
pada jam tanganmu, sahabatku
Lagu 3
naiklah, tak ada lagi angkutan
sehabis ini
aku memang disabdakan menjadi yang terakhir
mengantarkan dirimu
nglangut malam warna abu-abu
diam-diam menghabiskan
batang rokokmu
naiklah,
karena memang aku mikroletmu
Kangen
kangen itu sepasang, engkau dan aku
ngobrol lewat telefon
pada pulsa tercatat
tak satu katapun jua
lebih kita sukai jiwa
ketimbang kata
lebih kita cintai gerimis
ketimbang cuaca
sebab gerimis dan jiwa
jauh lebih sederhana
kangen itu terpasang pada tembok
bersama jarum jam
bertahun-tahun dibiarkan
tak berpigura
karenanya, kapan bisa ketemu
bukankah sudah kita pilih bertegur sapa
ketimbang saling menodongkan senjata ?
ngobrol lewat telefon
pada pulsa tercatat
tak satu katapun jua
lebih kita sukai jiwa
ketimbang kata
lebih kita cintai gerimis
ketimbang cuaca
sebab gerimis dan jiwa
jauh lebih sederhana
kangen itu terpasang pada tembok
bersama jarum jam
bertahun-tahun dibiarkan
tak berpigura
karenanya, kapan bisa ketemu
bukankah sudah kita pilih bertegur sapa
ketimbang saling menodongkan senjata ?
Sebuah Fragmen Pada Suatu Malam - Di Mikrolet Yang Lengang
aku rasa kenal aroma parfum ini,
"gadis, apakah kamu dari yogya?"
sebuah simfoni masa remajapun
lalu dimainkan pada angin yang lintas
cemara-cemara bulaksumur
ataukah beringin pakualaman
atau malah sebuah bumi perkemahan
di daerah prambanan
"gadis, benarkah kamu
dari masa silamku?"
atas jiwaku yang tiba-tiba menyembilu
perlahan, si gadis berucap,
"dari perjalanan akhirmu asalku
kelak kembali kita dipertemukan
pada suatu jamuan makan malam
di sebuah pergantian cuaca
tak usah kauragu
kulingkari sudah sebuah tanggal
pada kalendermu."
"gadis, apakah kamu dari yogya?"
sebuah simfoni masa remajapun
lalu dimainkan pada angin yang lintas
cemara-cemara bulaksumur
ataukah beringin pakualaman
atau malah sebuah bumi perkemahan
di daerah prambanan
"gadis, benarkah kamu
dari masa silamku?"
atas jiwaku yang tiba-tiba menyembilu
perlahan, si gadis berucap,
"dari perjalanan akhirmu asalku
kelak kembali kita dipertemukan
pada suatu jamuan makan malam
di sebuah pergantian cuaca
tak usah kauragu
kulingkari sudah sebuah tanggal
pada kalendermu."
Langganan:
Postingan (Atom)